Menuju Indonesia Yang Sejahtera, Tangguh Dan Bermartabat

Juli 3, 2014 at 2:17 pm Tinggalkan komentar

Twitter : @SenyumDunia

Judul di atas mungkin terdengar muluk atau bahkan sangar. Tentu saja bukan maksud penulis untuk menjual mimpi apalagi memberikan kesan yang galak.
Judul ini sengaja saya pilih, mengingat dalam beberapa hari ini Indonesia akan memilih seorang presiden baru. Seorang presiden, di mana di pundaknya terletak beban yang tidak ringan sekaligus memangku amanah rakyat yang tidak boleh diabaikan.

Sejujurnya, saya mendapat kesan bahwa antusiasme pemilih lebih terasa ketimbang ketika pemilihan legislatif yang digelar sebelumnya. Hal ini mengindikasikan, di tengah-tengah pesimisme yang kita rasakan, kita semua masih perduli dengan masa depan bangsa ini.
Tidak seperti pemilu sebelumnya, kali ini kita dihadapkan kepada dua pilihan yang sama-sama menarik. Terlepas dari gaya kepemimpinan yang berbeda, kecintaan dan keperdulian kedua capres kepada bangsa ini tidak diragukan. Mereka sama-sama punya ambisi untuk membangun bangsa ini menuju ke arah yang lebih baik.

Indonesia dengan segala kompleksitasnya memerlukan pemimpin yang tidak hanya punya misi tetapi juga mempunyai visi dan ambisi untuk mengangkat derajat bangsa ini sejajar dengan bangsa lainnya di dunia. Jika kita mau jujur, apa sebenarnya yang tidak dimiliki bangsa ini? Kita memiliki semua potensi yang dibutuhkan untuk maju, dari melimpahnya sumber daya alam, hingga sumber daya manusia yang berkualitas.

Sayangnya potensi kedua potensi ini belum tergali secara maksimal. Negara kita merupakan negara yang kaya akan potensi alam, dari mulai, laut hingga pertanian. Sebagai contoh, negara kita merupakan penghasil separuh dari rumput laut di dunia. Namun, hasil dari olahan rumput laut ini, belum sepenuhnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Contoh lain, berapa banyak produk yang ironisnya harus kita impor, sementara kita memilikinya dari ladang sendiri. Belum lagi penggundulan hutan yang terus terjadi. Hal di atas hanyalah sebagian kecil contoh, potensi negara yang tersia-siakan. Padahal, jika potensi ini dikelola dengan baik, bukanlah mimpi untuk mewujudkan rakyat Indonesia yang sejahtera.

Potensi alam Indonesia, sekali lagi jika dikelola dengan baik, menyerap begitu banyak lapangan kerja. Hijaunya sawah dan birunya lautan tidak berarti tanpa orang-orang yang berdedikasi untuk mengelola sekaligus mengembangkan potensi ini. Siapa tau jika potensi ini dimanfaatkan, saudara-saudara kita yang kini harus bekerja di luar negeri, sebagai buruh migran misalnya, dapat bekerja di tanah air dengan gaji yang juga laik dan cukup untuk kesejahteraan mereka.

Lalu, apa yang sebenarnya harus diperbaiki? Tidak sedikit PR (pekerjaan rumah) yang menanti presiden baru kita. Namun kalau boleh saya melanjutkan, saat ini begitu banyak sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas justru lebih memilih bekerja di luar negeri daripada di negeri sendiri. Begitu banyak keahlian yang dimiliki putra tanah air namun keahlian ini ironisnya lebih dihargai di negara lain ketimbang di negeri sendiri. Tidak saja dalam bentuk gaji yang menarik, namun di luar negeri, saya ambil contoh di negara-negara Eropa misalnya, yang mendasarkan seleksi pegawai berdasarkan kemampuan dan motivasi si calon pegawai dan tidak melulu mendasarkan diri kepada ijazah. Karena pada kenyatannya, begitu banyak individu yang mampu meniti karir dengan mengumpulkan pengalaman di dunia kerja.

Hal lainnya, di bidang pendidikan. Kita bangga tentu saja dengan prestasi yang sudah dicapai anak-anak bangsa selama ini namun sayangnya kesempatan mendapatkan pendidikan yang laik belum merata. Di negara kita biaya masuk perguruan tinggi misalnya, amatlah mahal. Dengan kata lain, perguruan tinggi hanya bisa dimasuki orang-orang yang berkantong tebal, sementara orang-orang yang pintar namun tidak mampu, harus berjuang sendiri untuk menggapai cita-cita mereka. Belum lagi diskriminasi. Saya masih ingat, beberapa tahun yang lalu ketika melihat sepotong iklan di koran yang isinya pembukaan pendaftaran di salah satu perguruan tinggi swasta. Saya tercengang ketika melihat ada bagian yang menyebutkan jika calon mahasiswa tidak memiliki cacat fisik dan mental. Jenis diskriminasi ini harus dihentikan, karena tidak sepantasnya sebuah institusi pendidikan justru “mengajarkan” pola pikir yang sempit.

Jika kita ingin jadi bangsa yang maju, maka pola pikir yang lebih terbuka sangat diperlukan. Sering kita mendengar kalau kita bangsa tempe, dan pernyataan ini dinyatakan dengan nada sinis. Padahal tempe merupakan salah satu komoditi penting Indonesia dan lebih dari itu, kita semestinya bangga menjadi bagian bangsa yang begitu besar. Kalau kita sendiri masih memiliki budaya minder bagaimana kita mengharapkan bangsa lain untuk melirik eksistensi kita.

Ada beberapa hal yang perlu dibenahi agar kita dapat mensejajarkan diri dengan bangsa lain. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki kualitas diplomasi kita. Ada beberapa hal setidaknya yang bisa dicapai melalui pendekatan ini. Di antaranya, penyelesaian masalah perbatasan dengan negara-negara tetangga yang hingga kini masih terus terjadi. Integritas negara kita perlu diperjuangkan jika kita tidak ingin wilayah kita dicaplok bangsa lain. Selain itu, Indonesia juga membuka diri untuk berperan lebih aktif dalam kancah internasional, tidak saja melalui partisipasi menjadi pasukan perdamaian tetapi juga misalnya dengan menjadi negara yang senantiasa dilibatkan dalam menyelesaikan konflik-konflik internasional.

Yang tidak kalah pentingnya, dengan kekuatan diplomasi, bukan tidak mungkin kita dapat memperbaiki nasib para buruh migran Indonesia dengan cara membuat nota kesepahaman dengan negara-negara tujuan. Maksud dari nota kesepahaman ini tentu saja bertujuan melindungi buruh migran kita dari perbuatan yang tidak manusiawi yang kerap diterima buruh migran kita. Kalau perlu, jika negara tujuan menolak atau kerap melanggar perjanjian maka Indonesia juga harus tegas untuk mengambil sikap menghentikan pengiriman buruh migran kita dan melaporkannya ke tingkat internasional, dalam hal ini Organisasi Buruh Internasional.

Lebih jauh lagi, jika kita mampu mempertahankan reputasi baik, ada hal lain yang dapat kita capai sebagai bangsa. Di antaranya, menjadi negara yang menarik minat investor. Investasi yang diharapkan masuk tentu saja investasi yang sifatnya menguntungkan negara kita, melalui negosiasi yang baik dengan negara-negara asal para investor dan pembenahan birokrasi yang rumit yang pada akhirnya hanya membuka peluang korupsi lebih besar lagi. Selain itu, sekali lagi dengan memajukan diplomasi yang handal, siapa tahu suatu hari nanti warga negara Indonesia dapat bepergian tanpa visa ke lebih banyak negara. Dan bukan tidak mungkin, kita dapat mewujudkan mimpi kita untuk menjadi tuan rumah perhelatan olah raga bergengsi seperti ajang piala dunia dan olimpiade.
Aspek-aspek dan contoh-contoh yang dikemukakan di atas hanyalah sebagian kecil dari apa yang harus dibenahi bangsa ini. Negara kita masih mewarisi masalah penegakan hukum dan tentu saja korupsi, yang harus diberantas.

Apa yang digambarkan di atas mungkin terdengar seperti mimpi. Setiap pencapaian diperlukan usaha dan merupakan bagian suatu proses. Apa pun yang kita impikan tidak akan terwujud tanpa usaha untuk mewujudkannya. Jadi dengan kata lain, sudah saatnya bangsa ini bangkit, karena jika bukan sekarang kapan lagi, dan jika bukan kita yang turut mengusahakan bangsa ini, siapa lagi.

Entry filed under: Aktual. Tags: , , , , , , .

Menyambut (Galaunya) Piala Dunia 2014 Puasa, Kampanye Dan Pencitraan

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed